CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Minggu, 23 September 2012

PROFIL DIKA SATJADIBRATA

Raden Suriandika Satjadibrata lahir di Surabaya 11 Desember 1972, atau lebih dikenal dengan nama Dika Satjadibrata. Pria yang akrab di panggil Dika ini adalah bassis grup musik ADA Band. Dika yang berdarah asli Gorontalo campur Sunda ini dari masa kecilnya sudah sangat tertarik pada duni musik terutama Jazz. Pemain bass yang pengagum berat Sting dan Jaco Pastorius ini juga seorang Komposer dan Penata Musik. Mengawali karir di industri music Indonesia dengan bergabung bersama Baim dan Khrisna Balagita. Dika adalah satu-satunya personel asli ADA Band yang masih tersisa hingga kini. Dika juga menyukai dunia automotif terlebih terhadap mobil-mobil klasik

Semenjak masa akhir SMP di Surabaya semangat Dika untuk bermusik semakin tak terbendung, akhirnya dia memutuskan untuk hijrah ke Jakarta  memenuhi keinginannya menjadi seorang basis profesional. Menginjak SMA Dika sudah banyak bergabung dengan band sekolahnya di SMA Ora et Labora Jakarta. Selepas masa SMA mulai memberanikan diri terjun ke dunia proesional dengan bermain di kafe. Hingga akhirnya berjumpa dengan Baim dan membentuk sebuah band kafe yang regular. Menjadi pemain cabutan juga termasuk dalam pekerjaannya sehari-hari seperti menjadi pengiring Denada, Reza Artamevia dan masih banyk lagi. Aktifitas Dika semakin hari semakin padat tetapi dia juga tidak lupa untuk meluangkan waktu menimba ilmu bermain bass seperti pada Indro Hardjokodikoro. Pada tahun 2000 Dika mulai mengajar pada sekolah musik yang bernaung di bawah Dwiki Darmawan. Dari situ akhirnya Dika sering membantu Dwiki menjadi pemain bass pada Dwiki Dharmawan Orkestra dan di beberapa kesempatan lain Dika juga sering membantu Erwin Gutawa pada orkestranya. Pada tahun 1996 akhirnya Dika dan Baim berjumpa Krisna dan sepakat membentuk ADA Band


Jakarta- ‘Planet Hollywood’ menjadi saksi bisu pertemuan pertama Dika pembetot bas ‘Ada Band’ dan Amalia Laily, tahun 1997 silam.
Saat itu, pandangan Dika yang tengah manggung di sana, tak pernah lepas dari sosok cewek tomboi yang belakangan diketahui bernama Amalia Laily.
Namun, lantaran saat itu ia sudah punya gandengan, ia tidak berhasrat mengenal lebih dalam sosok sang gadis.

Barulah ketika tampil lagi di tempat yang sama, pria pemilik nama lengkap R. Suriandika Satjadibrata ini mencoba mencari tahu sang gadis idaman dan untunglah, Dika berhasil mendapatkan nomor kontak sang gadis tersebut.
Dika pun menelepon Lia dan mengajaknya makan siang bersama, di restoran tempat pertama kali mereka bertemu. Sejak itu, meski belum tercetus kata cinta, namun keduanya selalu terlihat bersama.

Biarpun begitu, Lia enggan berharap terlalu banyak dari kedekatan mereka. Maklumlah, ia baru saja putus dari sang kekasih. Tak hanya itu, Lia tahu betul ayahnya, Chuzaini, alergi dengan kehidupan anak band. Namun, untunglah, Dika sudah lebih dulu akrab dengan ibunda Lia, Ny. Lailan Safina, sehingga lampu hijau tak terlalu sulit diperoleh dari ayah Lia.

Bila Dika mencuri hati calon ayah mertua lewat calon ibu mertuanya, ternyata ia punya cara lain untuk mendekatkan Lia dengan ibunya, Ny. Ratna T. Hadju. Dika sengaja diam-diam mengundang sang ibunda tercinta ke Jakarta untuk diperkenalkan dengan wanita kelahiran 23 April 1973 ini.

Jelas saja Lia terkaget-kaget saat bertemu muka dengan calon ibu mertuanya. “Saya memang sengaja tidak memberi tahu Lia, karena yang saya inginkan adalah sosok Lia yang sebenarnya, natural dan tidak dibuat-buat. Dari sana, ibu saya pasti bisa menilai kepribadian calon menantunya itu,” papar pria kelahiran 11 Desember 1973 tersebut.

Saat satu tahun usia kedekatan mereka, Dika pun mengutarakan niatnya untuk melanjutkan hubungan mereka ke jenjang yang lebih serius. Perlu waktu tiga hari bagi Lia untuk menjawab pinangan sang kekasih.

Beberapa minggu berselang, Dika membawa orangtua dan keluarga besarnya untuk melamar Lia. Pernikahan sendiri dilangsungkan pada tanggal 25 April 1998 di kediaman orangtua Lia di bilangan Rawasari, Jakarta Pusat.

Belum lama mereka menikah, terjadi Kerusuhan Mei 1998. Dika dan Lia pun harus merelakan baju pengantin dan bed cover mereka dijarah orang-orang tak dikenal.

Layaknya pasangan pengantin baru lainnya, tentulah Dika dan Lia ingin merasakan hidup pernikahan di rumah mereka sendiri. Sayangnya, ayah Lia mendadak jatuh sakit dan Dika dan Lia pun akhirnya diminta untuk tinggal di kediaman orangtua Lia.

Diakui Dika, masa-masa awal tinggal di rumah mertua menjadi masa tersulit lantaran ada dua kepala keluarga dalam satu rumah. Ayah Lia yang sempat terkejut mendengar Lia memanggil Dika dengan panggilan nama, melancarkan protes. Lia pun akhirnya memanggil suaminya ‘Kak Dika’.

Namun, ada juga untungnya tinggal di rumah mertua. Pasalnya, saat menggelar konser di luar kota, Dika tak perlu cemas dengan keselamatan sang istri yang tengah mengandung.

Cobaan sempat datang kala Lia hamil besar anak pertama. Kala itu, kondisi keuangan mereka tengah menipis. Dika baru saja merintis karir bermusik, sementara Lia terkena PHK karena kantornya terimbas krisis moneter.

Tiba-tiba, Lia terserang tifus dan harus dirawat di rumah sakit. Biaya rumah sakit tentulah akan memberatkan pasangan ini sehingga mereka memilih menjalani perawatan di rumah.

Baru saja Lia berangsur membaik, ia mengalami kontraksi dan harus dilarikan ke rumah sakit. Saat itulah, tiba-tiba, Anang Hermansyah mengajak Dika menggarap aransemen lagu. Uang itulah yang ia pakai untuk melunasi biaya persalinan sang istri.

Kelahiran Dovan atau R. Muhammad Faridilham Dovanega tanggal 15 Februari 1999 silam semakin menambah kebahagiaan pasangan ini. Menyusul sang adik, R. Kenji Muhammad Farrel yang lahir pada tanggal 15 Desember 2003.

Pasangan yang tengah menantikan kelahiran anak ke-3 mereka ini mencoba menanamkan nilai-nilai agama sejak dini kepada dua jagoan cilik mereka, lewat contoh. Misalnya dengan menjalankan shalat lima waktu di depan Dovan dan Kenji sehingga mereka tergerak untuk mengikuti kedua orangtua mereka.

Tak hanya membebaskan buah hati memilih jalan hidup mereka kelak, pasangan ini juga berusaha meminimalkan kata ‘jangan’ dan ‘tidak boleh’ karena larangan justru akan membuat anak merasa penasaran.

sumber : 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar