Raden Suriandika Satjadibrata lahir di Surabaya 11 Desember 1972, atau
lebih dikenal dengan nama Dika Satjadibrata. Pria yang akrab di panggil Dika ini adalah bassis grup musik ADA
Band. Dika yang berdarah asli Gorontalo campur Sunda ini dari masa kecilnya
sudah sangat tertarik pada duni musik terutama Jazz. Pemain bass yang pengagum
berat Sting dan Jaco Pastorius ini juga seorang Komposer dan Penata Musik.
Mengawali karir di industri music Indonesia dengan bergabung bersama Baim dan
Khrisna Balagita. Dika adalah satu-satunya personel asli ADA Band yang masih
tersisa hingga kini. Dika juga menyukai dunia automotif terlebih terhadap
mobil-mobil klasik
Semenjak
masa akhir SMP di Surabaya semangat Dika untuk bermusik semakin tak terbendung,
akhirnya dia memutuskan untuk hijrah ke Jakarta memenuhi keinginannya menjadi seorang basis
profesional. Menginjak SMA Dika sudah banyak bergabung dengan band sekolahnya
di SMA Ora et Labora Jakarta. Selepas masa SMA mulai memberanikan diri terjun
ke dunia proesional dengan bermain di kafe. Hingga akhirnya berjumpa dengan Baim
dan membentuk sebuah band kafe yang regular. Menjadi pemain cabutan juga
termasuk dalam pekerjaannya sehari-hari seperti menjadi pengiring Denada, Reza
Artamevia dan masih banyk lagi. Aktifitas Dika semakin hari semakin padat
tetapi dia juga tidak lupa untuk meluangkan waktu menimba ilmu bermain bass
seperti pada Indro Hardjokodikoro. Pada tahun 2000 Dika mulai mengajar pada
sekolah musik yang bernaung di bawah Dwiki Darmawan. Dari situ akhirnya Dika
sering membantu Dwiki menjadi pemain bass pada Dwiki Dharmawan Orkestra dan di
beberapa kesempatan lain Dika juga sering membantu Erwin Gutawa pada
orkestranya. Pada tahun 1996 akhirnya Dika dan Baim berjumpa Krisna dan sepakat
membentuk ADA Band
Jakarta-
‘Planet Hollywood’ menjadi saksi bisu pertemuan pertama Dika pembetot bas ‘Ada
Band’ dan Amalia Laily, tahun 1997 silam.
Saat
itu, pandangan Dika yang tengah manggung di sana, tak pernah lepas dari sosok
cewek tomboi yang belakangan diketahui bernama Amalia Laily.
Namun,
lantaran saat itu ia sudah punya gandengan, ia tidak berhasrat mengenal lebih
dalam sosok sang gadis.
Barulah
ketika tampil lagi di tempat yang sama, pria pemilik nama lengkap R. Suriandika
Satjadibrata ini mencoba mencari tahu sang gadis idaman dan untunglah, Dika
berhasil mendapatkan nomor kontak sang gadis tersebut.
Dika
pun menelepon Lia dan mengajaknya makan siang bersama, di restoran tempat
pertama kali mereka bertemu. Sejak itu, meski belum tercetus kata cinta, namun
keduanya selalu terlihat bersama.
Biarpun
begitu, Lia enggan berharap terlalu banyak dari kedekatan mereka. Maklumlah, ia
baru saja putus dari sang kekasih. Tak hanya itu, Lia tahu betul ayahnya,
Chuzaini, alergi dengan kehidupan anak band. Namun, untunglah, Dika sudah lebih
dulu akrab dengan ibunda Lia, Ny. Lailan Safina, sehingga lampu hijau tak
terlalu sulit diperoleh dari ayah Lia.
Bila
Dika mencuri hati calon ayah mertua lewat calon ibu mertuanya, ternyata ia
punya cara lain untuk mendekatkan Lia dengan ibunya, Ny. Ratna T. Hadju. Dika
sengaja diam-diam mengundang sang ibunda tercinta ke Jakarta untuk
diperkenalkan dengan wanita kelahiran 23 April 1973 ini.
Jelas
saja Lia terkaget-kaget saat bertemu muka dengan calon ibu mertuanya. “Saya
memang sengaja tidak memberi tahu Lia, karena yang saya inginkan adalah sosok
Lia yang sebenarnya, natural dan tidak dibuat-buat. Dari sana, ibu saya pasti
bisa menilai kepribadian calon menantunya itu,” papar pria kelahiran 11
Desember 1973 tersebut.
Saat
satu tahun usia kedekatan mereka, Dika pun mengutarakan niatnya untuk
melanjutkan hubungan mereka ke jenjang yang lebih serius. Perlu waktu tiga hari
bagi Lia untuk menjawab pinangan sang kekasih.
Beberapa
minggu berselang, Dika membawa orangtua dan keluarga besarnya untuk melamar
Lia. Pernikahan sendiri dilangsungkan pada tanggal 25 April 1998 di kediaman
orangtua Lia di bilangan Rawasari, Jakarta Pusat.
Belum
lama mereka menikah, terjadi Kerusuhan Mei 1998. Dika dan Lia pun harus
merelakan baju pengantin dan bed cover mereka dijarah orang-orang tak dikenal.
Layaknya
pasangan pengantin baru lainnya, tentulah Dika dan Lia ingin merasakan hidup
pernikahan di rumah mereka sendiri. Sayangnya, ayah Lia mendadak jatuh sakit
dan Dika dan Lia pun akhirnya diminta untuk tinggal di kediaman orangtua Lia.
Diakui
Dika, masa-masa awal tinggal di rumah mertua menjadi masa tersulit lantaran ada
dua kepala keluarga dalam satu rumah. Ayah Lia yang sempat terkejut mendengar
Lia memanggil Dika dengan panggilan nama, melancarkan protes. Lia pun akhirnya
memanggil suaminya ‘Kak Dika’.
Namun,
ada juga untungnya tinggal di rumah mertua. Pasalnya, saat menggelar konser di
luar kota, Dika tak perlu cemas dengan keselamatan sang istri yang tengah
mengandung.
Cobaan
sempat datang kala Lia hamil besar anak pertama. Kala itu, kondisi keuangan
mereka tengah menipis. Dika baru saja merintis karir bermusik, sementara Lia
terkena PHK karena kantornya terimbas krisis moneter.
Tiba-tiba,
Lia terserang tifus dan harus dirawat di rumah sakit. Biaya rumah sakit
tentulah akan memberatkan pasangan ini sehingga mereka memilih menjalani
perawatan di rumah.
Baru
saja Lia berangsur membaik, ia mengalami kontraksi dan harus dilarikan ke rumah
sakit. Saat itulah, tiba-tiba, Anang Hermansyah mengajak Dika menggarap
aransemen lagu. Uang itulah yang ia pakai untuk melunasi biaya persalinan sang
istri.
Kelahiran
Dovan atau R. Muhammad Faridilham Dovanega tanggal 15 Februari 1999 silam
semakin menambah kebahagiaan pasangan ini. Menyusul sang adik, R. Kenji
Muhammad Farrel yang lahir pada tanggal 15 Desember 2003.
Pasangan
yang tengah menantikan kelahiran anak ke-3 mereka ini mencoba menanamkan
nilai-nilai agama sejak dini kepada dua jagoan cilik mereka, lewat contoh.
Misalnya dengan menjalankan shalat lima waktu di depan Dovan dan Kenji sehingga
mereka tergerak untuk mengikuti kedua orangtua mereka.
Tak
hanya membebaskan buah hati memilih jalan hidup mereka kelak, pasangan ini juga
berusaha meminimalkan kata ‘jangan’ dan ‘tidak boleh’ karena larangan justru
akan membuat anak merasa penasaran.
sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar